Di dalam Istana Pasir - Dengung sepi suara.

    Maaf, jika dalam tempurung katak aku tinggal terlalu lama. Seperti menatap layar panggung teater, terkembang layar tiap kali aku membuka mata. Tak bisa berperan sebaik Mischa ataupun Laudya Chintya Bella. "Menjadi pemeran utama dalam kehidupan sendiri."pesan yang kudapat dalam film Azuka, namun pesan itu pun tak bisa kujaga.

    Filosofi lebahmadu yang kujaga, hanya menghasilkan dengungan tanpa suara yang bermakna, madu yang kuhasilkan entah apakah ada peminatnya. Semakin mengering telapak kaki yang basah, tak ada yang tersisa ... entah apakah itu lumpur atau genangan susu bercampur madu. Maafkan aku.

    Dengan nada penyesalankah tulisan yang kubuat ini ketika dibaca kembali? Karena sesal telah kuletakkan diawal. Apa itu unicorn style? Aku benar-benar ingin tahu. Dalam doa, berharap aku, kita , dapat menjadi teman sebangku. Saling berpengaruh, terpengaruh hanya dalam urusan kebaikan. Saling memberi sari, saling menuang madu.

    Masih adakah pembahasan tentang siapa yang benar, siapa yang salah? Sedang perubahan adalah harga mati yang tak dapat dipilih lagi. Seperti kerut diwajah, hanya bisa ditunda namun tak dapat dicegah. Apa arti senyuman itu? Mencibirkah atau dengan bangga membusungkan dada? Aku terima, karena si jahula ini hanyalah pandir yang mengaku pandai diatas rata-rata.

    Ah, kenapa tiba-tiba separuh hati terasa sepi?

Komentar

Postingan Populer