Agenda bilik in polybag - My Golden Way
"Jangan Belagu." Judul tema bapak Mario Teguh semalem. Hahay, zleeb ... telak kena di hati, walaupun cuma sempet ngikutin awal acara aja, coz jatahnya terapi malam tadi. Seneng banget waktu denger pertanyaan salah satu peserta tentang arti judul "Golden Way" itu sendiri, terus pak Mario nggambar garis-garis peta perjalanan hidup, ada garis baru disalah satu sisinya bercabang pula, aku jadi berasa jadi judul lagu Ayu Ting-Ting, alamat palsu. Tapi bedanya, aku sendiri yang malsuin alamat. Ita-itu, ina-inu, bingung nggak jelas dengan alamat di tanganku. Maju mundur, belok kanan-belok kiri, mampir di setiap tikungan, muter-muter nggak karuan, akhirnya pusing sendiri nyari jalan pulang sampe umur kepala tiga masih aja ada di settingan kesasar mode on.
Tentang derajat dan tugas Tuhan-lah yang memuliakan seseorang. Zeeb, zeeb, belati mauidhoh lagi-lagi menusuk tepat sasaran. "Diamlah, dan biarkan Alloh yang mengerjakan sisanya." kubilang dalam hati beberapa tahun yang lalu, dan ternyata bibir dan lisan ini agak sulit diajak kompromi, berceloteh sana-sini bercerita mengumbar mimpi, hayalan berhasil jadi Acong kedua, dan bersama-sama menebar derma sebanyak-banyaknya. Yupz, and than again tanpa usaha maksimal?
Seperti biasa, only talk much and do less ... hanya membayangkan kesuksesan tapi menolak menjalani proses. Derajat pembantu yang menolak disebut Babu, lantaran terobsesi dengan dalil indah "Walikuli darojatin mimma 'amilu." Pembantu, Karyawan, Pejabat, untukku pribadi hanyalah sebuah kata sampiran yang dihasilkan oleh sebab yang dikerjakan, hedeeeh ... mulailah nunisisasi-ku ini.
Tak tahu gimana akhir dari sesi acara, apa kesimpulan yang didapat dari tema yang dibahas, tapi aku udah punya kesimpulanku sendiri begitu mendengar beliau mengucap, "Tugas Tuhan-lah yang memuliakan seseorang."
"Aha ... ternyata aku nggak salah pilih mahar! " berteriak dalam hati, sebelum berangkat pergi terapi. "Wa rofa'na laka zikrok. Cuma Alloh yang punya Hak buat ngangkat atau nurunin derajat seseorang."
Ah, Dunia ... panggung kisahmu sungguh ekstraveganza. Anjing hitam yang tidur di sampingku tak sengaja aku bangunkan. Terlepas hijab, jatuh ke lumpur, duri menusuk telapak kaki, jika boleh ku anggap sudah lewatlah babak hidupku dibagian itu ... maka sekarang adalah waktunya untuk bunga warna-warni turun ke bumi. Merangkai diri menjadi hijab penutup mahkotaku, berkumpul setiap kelopak menjadi air mandiku.
Komentar
Posting Komentar