Ini Aku - Rantai Andromeda 9
Masih
ingat apa yang kutulis selain harapanku untuk berdiri langsung dihadapan bangunan
agung yang dikabarkan berdiri persis dibawah singgasana-Mu, Robb? Jangan kira
aku telah lupa, atau dengan sengaja melupakannya. Masih teringat jelas, Robb.
Bahkan sejelas seperti para tokoh dalam 5cm saat mereka menggantungkan angan
dan cita-cita diantara kening dan hidung mereka. Iya, Engkau Alloh. Dzat
yang selalu berhasil membuatku gundah gulana tiada tara. Untuk menambatkan
rindu yang ku punya, terlebih dulu aku harus tutup usia. Sedangkan yang ku tahu, menutup usia dengan cara paksa justru akan menyebabkan cinta dan rinduku terputus hanya sampai di dunia.
Aku
tahu, aku tidak bisa lulus sempurna dengan semua ujian disetiap tahap
kehidupanku. Air dingin kamar mandi Ivory yang ku banjurkan berulangkali di
saat semua penghuni asrama putri telah terlelap. Airmata yang hanya bisa
mengalir ke dalam dan merendam lubuk hatiku, tiap kali melihat mereka yang
sebaya memenuhi hari-hari mereka dengan canda dan tawa. Menghias masa
putih abu-abu seindah yang mereka mampu, dan mengisi sebanyak-banyaknya kotak
kenangan yang mereka punya dengan aneka warna buatan
mereka sendiri. Mengemas mimpi, menapaki jalan mimpi, menggapai, memberi kecupan mesra pada setiap babak kehidupan yang datang.
Entah,
dimana bermula mata rantai itu terputus dari sambungannya. Setiap rantai
menjuntai, terjatuh ke tanah, terlempar
ke sawah, satu mata rantai tidak terlalu beruntung karena ia terjatuh dan
tenggelam ke dalam lumpur. Satu lagi tersangkut di dahan pohon yang tinggi,
ranting bisa saja perlahan mengering, entah kapan angin besar akan bertiup dan
membuatnya kembali menyentuh bumi. Beberapa mata rantai tetap bertahan, sengaja
jatuh ke bumi secara bersamaan. Tak perduli jika masing-masing mata rantai
sedikit merenggang, ada yang membuatnya nampak seperti terbelah. Hanya butuh sedikit tarikan paksa, maka mata rantai yang tersisa dengan
tetap menyatu itu pun akan bernasib sama seperti kawan lainnya. Terpisah,
tercerai-berai, terserak tanpa bisa kembali saling melihat, bahkan tak lagi
memiliki waktu untuk sekedar bertukar kabar.
Rantai
Andromeda, apakah juga bisa berlaku seperti boomerang, dapat memantul dan
memutar arah? Berbalik menyerang sang pelempar, yang membusungkan dada terlalu dini saat boomerang terlepas dari tangan, lupa untuk kembali
mengangkat tangannya ke udara dan sedikit merundukkan bahu, bersiap menanti boomerang untuk kembali pada tuannya.
Apakah seperti itu alur kisah hidupku, Alloh? Ujian yang
ada disetiap tahapannya? Terus diulang, karena kebiasaanku menunda dan melarikan diri tidak lantas membuat ujian itu hilang dan selesai dengan
sendirinya. Seperti para dewan pengajar yang dengan baik hati menyiapkan waktu
untuk mengambil nilai Remedial, menyisipkannya sebisa mungkin pada nilai
ujian yang dinilai kurang untuk bisa menembus standar kelulusan.
Seharusnya saat ini aku pun lebih melapangkan dada dan menghembuskan setiap nafas dengan lega. Kembali semangat dalam mempersiapkan diri, tanpa lupa memasang
senyuman indah dengan dua mata yang berbinar cerah. Karena seperti ujian
remedial, yang diberi kesempatan belajar ekstra untuk kemudian dihadapkan
kembali pada soal ujian yang sama. Walau nilai sempat merah
dan hasil ujian tak lagi murni, namun kesempatan yang diberikan untuk bisa
memperbaiki diri dan mengerahkan semua kemampuan yang kita punya, itu pun bisa
disebut sebagai salah satu nilai ujian yang murni. Iya, kan? Dan dari sekian
banyak ujian, ternyata kisah cinta pun termasuk ujian yang berat bagiku. Sebuah
kisah cinta ... dan kini aku pun berada di antara jaring-jaringnya.
Komentar
Posting Komentar