Buku Harian Baxy 2020 - Bee de Contez
31
Mei 2012
Menjelang Juni 2012, Sesembahan-ku yang Mulia dan aku sedang tidak
baik-baik saja. Setiap ayat yang pernah kukaji, setiap dalil yang telah kutemui,
setiap detiknya semua itu semakin merasuk ke dalam sanubari. Subhanallah … dengan
apa-apa yang Engkau kehendaki, sebegitu mudahnya Engkau membolak-balikkan hati
hamba-Mu yang hina ini. Seperti inikah rasanya ketika hati telah mati? Seperti
ucapan Kamalia tempo hari, tentang cinta adalah perjuangan dan pembuktian. Sementara
aku yang sudah semakin tua tetap belum mengerti apa arti cinta yang sebenarnya.
Detik menuju 31, masih ingat satu mimpiku? Saat sengaja mengunci
diri dalam lemari besi, berusaha menghindar dari bertambahnya usia. Berusaha
sembunyi saat sadar jumlah usia akan dikurangi.
"Mati akan tetap datang menjemputmu walaupun kau mengurung
diri dalam lemari besi. Cukup duduk manis dan nikmati pemandangan indah yang
ada di depan mata, karena kamu telah dijaga." Suara
bijak itu, sungguh aku rindu. Namun dengan pemandangan yang diberikan?
Gedung-gedung tinggi berhamburan seperti kapas yang ditebar, langit tak lagi
berwarna biru, sebab awan hitam pekat menutupinya. Lalu ada apa dengan debur
ombak yang menyapu tidak pada tempatnya?
Allah-ku sayang, cukupkan airmata duka hari ini. Izinkan aku
menjalani sisa usia hanya dengan kesyukuran atas semua hasil guratan tangan-Mu.
Hanya ingin merasakan mengagungkan apa yang memang sudah semestinya dibesarkan
dan menjaga sebaik mungkin sesuatu yang telah Engkau sebar, karena itu yang akan
menjadi bekal untukku menuju rumah abadi.
Haruskah terucap kata Muspro? Adakah yang mubadzir jika itu
berhubungan dengan kebaikan? Biladzi hiya ahsan? Para ulama, para Umaro … bisa bantu
membuat mereka kembali menjadi seperti poci tanah liat, yang setia menghampiri
dan menuangkan seluruh isi yang mereka punya ke dalam setiap gelas yang kosong
dan mulai berdebu? Seperti sumur yang selalu lengkap dengan ember timba yang
telah penuh terisi, agar para musafir dapat segera melepas dahaga mereka dan
segera mengisinya kembali untuk musafir lainnya.
Masih ingat dengan pertanyaan buah pepaya dan janjiku akan menjadi
petani baik hati? Sengaja memetik buahnya, mengupas kulitnya, memotong
kotak-kotak dan meletakkannya dalam piring saji. Menaburkan sedikit gula pasir
dan perasan jeruk nipis di atasnya, agar dapat dinikmati dengan segera.
Tentang kisah tiga pemuda yang terperangkap dalam gua dan berhasil
keluar dengan keheranan mereka, anggaplah aku adalah pemuda keempat yang
kebetulan mendengar kisah tentang mereka. Ada bumi-Mu, ya Robb … ada napas yang
masih dengan bebas masuk ke dalam paru-paruku. Ada kisah tentang As-shof bin Barqiah,
kisah seorang pemuda yang tak disebutkan namanya dalam Surah Yasiin, tentang
Waraqah bin Naufal. Maka izinkan aku menjalani hidupku dengan meneladani kisah
itu. Innaka la tahdi ilaa shirothimmustaqim, ya Robb … aku sudah pilih jalan
yang ingin kutempuh, mohon tuntun langkahku.
Ya Robb … make a wish aku sedikit berbeda di tahun ini. Tak lagi
dengan hi-tec 0,3 mili yang bergerak lincah di atas kertas putih bola dunia. Karena
aku sudah membuka diri dengan yang namanya teknologi dan kini aku menulis harapanku
dengan gaya 10 jari.
Komentar
Posting Komentar