Agenda bilik in polybag - Hibernasi level-15

    Selamat pagi my Jabberwocky, mengapa kau terlihat semakin berduri? Alice harus menunggu hingga masa festival datang untuk melihat wujudmu dan selalu menghitung sepuluh keajaiban yang pernah ia alami sebelum memulai sarapannya hanya untuk membantu meyakinkan dirnya bahwa kamu benar-benar ada, dan ia mampu untuk mengalahkanmu. Jabberwocky-ku, kamu curangi aku. Tak hanya datang pada masa festival, tetapi di sepanjang hari-hari yang kulalui. Tak pula hadir dengan raga yang kulihat dengan mata kepala, tetapi justru bersembunyi, dan tak kasat mata. Seakan tak cukup memperdayaiku dengan cara licikmu itu, engkau sengaja membawa banyak rupa saat menampakkan diri, dan sukses membuat kisah hidupku menjadi terlihat komplikasi. 

    Alice mulai mengayunkan pedang, berlari memutar, menaiki anak tangga menuju puncak tertinggi. Ia mengayunkan pedang sekali lagi ketika musuhnya mulai kembali menyerang. Namun, kali ini, Alice mengayunkan pedangnya dengan sepenuh keyakinan yang ia miliki, dan tanpa diduga berhasil memukul jatuh naga terbang, itu. Tubuhnya melayang bebas terjun ke tanah, dengan kepala yang telah terpisah dari raga.

    Lalu, ke arah mana seharusnya kuayunkan pedangku, kali ini? Sedangkan naga terbang yang tengah menyerangku semakin curang, karena kali ini ia menyerangku dengan jurus seribu bayang seperti milik Naruto. Aku bisa apa? Sesaat sinar pedangku berhasil menembus langit, hanya lengah sedikit saja ... salah satu jurus bayangannya berhasil membuat pedang langitku terhempas ke tanah, sementara satu bayangang lagi telah bersiap untuk membenamkannya ke bumi. Jika Alice memiliki Absalom sebagai pemandu petualangannya, lalu, aku? Oh, mengapa egoku terlalu tinggi untuk merajuk kepada Ia yang kasih sayang-Nya telah aku khianati. 

    Masih mampukah aku untuk kembali mengangkat pedang? Karena rasanya, bendera putih, lah, yang kini siap aku kibarkan. Tak ada lagi hasratku untuk melawan, tidak denganmu, juga pada takdirku. 

    Ah, Jabberwocky. Andai engkau paham jalan pikirku. Seharusnya kau hadir bukan untuk acara festival semacam itu. Duri yang tumbuh di kulit pun, aku yakin bukan sepenuhnya salahmu. 

Ah, andai hari-hari dalam hidup ini bisa selalu menjadi perayaan, dan keberadaanmu bukanlah gangguan atau menjadi sesuatu yang harus dimusnahkan. Maka, aku percaya bahwa saat pertemuan kita tiba, itu akan menjadi sebuah festival indah penuh bunga dan kembang api. Tak peduli andai benar ternyata tetap ditakdirkan menjadi musuh besar, bahkan sejak pertemuan kita yang pertama. Jadi, berhentilah menyerangku hanya karena engkau diperintahkan seperti itu, dan aku pun akan berhenti melawan karena aku sadar, kita sama-sama dalam penciptaan.

    Apa kamu tahu, aku pun kini tengah menempa senjataku yang baru. Mengasahnya sekali lagi, tetapi kali ini bukan untuk kuayunkan pada lawan yang menghadang di jalan, melainkan untuk kusarungkan dan kukalungkan di pinggang. Aku hanya menyimpan harap bahwa kilat pedangku dapat menembus langit satu kali lagi, dan mungkin bisa membantu melepas tali kekang di lehermu. Memangkas semua duri dari tubuhmu, karena dengan begitu, aku yakin telah berhasil pula memangkas semak berduri dari hatiku. 

    Sama seperti aku, engkau pun akan memiliki wajah yang baru. Seekor naga terbang hijau yang cantik, yang akhirnya bersedia membawaku keliling dunia. Bersama,kita mendatangi semua telaga indah yang ada di dunia, dan melepas dahaga dari setiap mata airnya. Memadamkan panasnya api dengan warna indah pelangi. 

    Ah .... Kelak, di akhir kisahku, aku pun ingin memiliki tarian kemenangan, itu. Meskipun gerak kakiku tak bisa selincah Mad Hatter, tetapi setidaknya aku memiliki tarian kemenanganku, sendiri. 
    


Bukit Banyak, 15092014.

Komentar

Postingan Populer