Ini Aku - Rekam Jejak

Fenomena LGBT tiba-tiba mencuat dan marak diperbincangkan. Mengisi setiap headline pemberitaan, pengisi topik pembicaraan sepasang suami istri setelah sebelumnya sang suami ngotot dengan keunggulan Rossi idolanya, sedang sang istri tetap bersikukuh menceritakan perjuangan Rio Haryanto sampai akhirnya bisa berlaga diajang F1. Lalu apakah kisah yang akan kusampaikan ini bisa disebut sebagai OPINI atau berhubungan dengan tema yang diberikan? Penguat Peran keluarga dalam Pendidikan Anak.

Pertengahan April 2016 lalu, Knowing Every Particular Objek kembali menggelitik. Setelah getir dihati sedikit terobati, karena sempat melihat beberapa kawan semasa dalam penjara suci tak lagi mengenakan hijab sebagai penutup mahkota dikepalanya. Tak hanya sampai disitu, parasnya nan ayu dengan liuk ramping tubuhnya yang dulu sering kujumpai berhias rok model payung dengan kemeja lengan panjang yang ujung bajunya jatuh sampai menyentuh kedua lutut, semua sudah berganti rupa. Seakan tak cukup hanya sampai disitu, sebatang kretek dengan ujungnya yang menyala pun ikut menghias diantara dua jari lentiknya. Sungguh, tak punya hak aku untuk terluka. Tapi kenangan yang ada saat bersama-sama menimba ilmu agama dipenjara suci masih tetap tersimpan rapi dihati. Dan aku seperti tak rela jika pondasi hidup yang pernah kami bangun bersama harus hancur digerus oleh traktor raksasa bernama “Masa.” Atau untuk kesekian kalinya benakku ikut bersuara saat akalku sibuk merangkai kata, “Masing-masing kita hanya sekedar menjalankan perannya.”

Berusaha selalu tampil sempurna, tak jarang pula sibuk membenahi tampilan diri, berfikir jika tiba-tiba saja terekam dalam kamera tersembunyi. Namun disaat yang bersamaan, seakan seperti sengaja menantang kebijaksanaan dari Yang Perhatian-Nya tak pernah luput dari segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.

Maaf … maaf, tidak ada maksud hati untuk menghukumi, meluapkan amarah atau mempertanyakan tentang kebebasan berkehendak atas keputusan pribadi yang telah dibuat. Ini hanyalah salah satu cara yang kupunya untuk mengingatkan diriku sendiri. Seaneh apapun alur kehidupan yang tengah terjadi saat ini, sejelas apapun kecanggihan teknologi kini yang tengah menjadi raja dan seakan menguasai dunia. Namun tetap saja, untukkku pribadi … Pemilik sembilan puluh sembilan Nama yang Baik adalah yang paling nyata di dunia ini.

Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender … dan updatean status panjang lebar berisi caci maki yang ditujukan pada seorang janda yang telah memiliki keturunan dari pernikahannya terus melintas dalam fikiranku. Disebut AC-DC, karena lelaki mau buchi juga doyan. Sampai akhirnya, lewat satu kata itu membawaku sampai disebuah tempat mengawang bernama Negri belok yang hanya memiliki tiga penghuni saja. Yupz, lewat halaman dari seorang teman dunia maya akhirnya aku tahu, bahwa dua penghuni lainnya adalah Feme dan Andro. Tak perlulah ku jelaskan panjang lebar tentang arti kata-kata itu. Selain, bukan itu tujuan aku membuat tulisan ini. Dan lagi, aku yakin teman-teman yang menyempatkan membaca tulisanku ini ada yang jauh lebih mengerti.

Lewat pertemanan dunia maya, ia membawaku sampai dinegeri belok tanpa harus menjejakkan kaki langsung didalamnya. Semakin jauh, semakin dalam, semakin aku mengelus dada kiriku, merasakan benar saat jantung tengah berdegup. Tak bisa kulihat langsung memang dengan kedua mataku, namun sepertinya negeri belok telah berhasil membuatku mendapat sebuah pengertian baru. Seeing by believing, disitulah iman sebenarnya mulai memainkan perannya. Sang Pencipta tak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuan yang dimiliki si-hamba, terbukti pula kebenarannya. Jangan bilang aku hanya sekedar bicara, karena disamping kesempatan belajar aku juga telah diberi peluang untuk menguji keyakinan yang ku punya. Dan kita harus segera sampai pada topik utama pembahasan tema sebelum tulisan yang ku buat ini menjadi skenario sebuah telenovela atau novel dengan seri ketiga, sebagai bagian dari Triloginya. Hahaa ….

            “Ciee, ciee, udah tunangan ya?” tulisan yang mengisi sebuah kotak komentar yang diatasnya terpasang foto sepasang buchi dan fheme yang sengaja memamerkan sepasang cincin kembar berwarna putih menghias jari manis mereka. Kemudian aku beralih pada foto-foto berikutnya. Sepasang bf dan gf yang tengah dimabuk cinta, mengambil sebuah gambar tak hanya berdua, ada seorang wanita lewat paruh baya dengan wajah letih dan sendu duduk ditengah-tengah mereka. “Abis makan siang, foto dulu bareng gf n emakku tersayang.” Keterangan yang tertulis dibawah gambar.

            Aku seorang wanita, walau belum diberi kepercayaan untuk menimang buah hatiku sendiri, tapi aku bisa ikut merasakan apa arti wajah layu dan sendu yang tergores diwajah seorang wanita dengan gelar kehormatan itu. Saat dua kerut memanjang tiba-tiba terpasang di antara kedua alisnya, saat nafas berat terhela dan berhembus keluar melalui kedua bibirnya. Saat pundaknya terpasang lebih tegak atau merunduk lebih dari biasanya, di saat kini aku terpisah jauh dari Ibuku, ditinggal lebih dulu pulang kembali ke rumah abadi oleh ayahku, dan kini menumpang hidup dibawah atap mertua, disaat itulah aku mendapat semua pelajaran berharga ini.

Komentar

Postingan Populer