Buku Harian Baxy 2020 - Nama-Nya 'Allah'

 

11.    05 April 2015, pukul 13:53 siang.

Kurir JNE mengantar paket yang kutunggu sampai di depan pintu. Terbungkus rapi dengan kertas kado warna merah jambu, di dalamnya ada buku yang selama ini sedang kurindu. Muhammad Al-Fatih 1453, kutitipkan syukur untuk kakakku Rosiawati nun jauh di Serang sana melalui udara.

The Protector of the Caliph, Gazhi. Satu lagi label keren yang kutahu dan ternyata bukan hanya sekedar legenda dalam negeri kertas. The state of Gazhi juga hidup dan berjaya di atas Istana pasir 562 tahun yang lalu. Alangkah malunya aku, baru mengetahui bahwa mereka ada setelah setua ini. Semoga tetap berjaya walau dalam diamnya mereka, semoga akan kembali berjaya dalam semangat dan jiwa para pemuda yang dari lisan mereka telah terucap dua kalimat Syahadat.

[Suka gak bajunya? Bukunya bagus, Nik. Nanti kalo punya rizki yang lapang kita jalan-jalan ke Turki, dulu kota Konstantinopel. Di sana tempat sejarah Islam.] Kurang lebih seperti itu balasan pesan singkat dari kakakku jika dijabarkan dengan penulisan yang lengkap, setelah aku memberinya kabar bahwa paketnya sudah sampai.

[Suka, Mbak. Agak kegedean siy, tapi Nie’ suka. Bukunya belum tau, soalnya masih dikuasain pak suami. Itu dari selesai sholat belum berenti-berenti dia bacanya. Amiin … semoga kita bisa ke sana ya, Mbak.] Membalas pesan singkat dengan gaya penulisan surat-menyurat menggunakan prangko kilat. Hahaa ….

Perbedaan organisasi yang mengenalkan kami pada Agama tidak lantas membuat kami saling menghukumi atau berebut saling mengungguli, apalagi berusaha membuktikan ajaran siapa yang paling benar. Perbedaan yang ada justru semakin membuat kami-khususnya aku, menjadi bertambah kaya pengetahuan. Darinya aku jadi tahu apa itu Trinitas, bahaya laten yang sedang mengancam umat Islam jika benar masjidil Aqso berhasil dirobohkan dari bawah tanah.

Tentang Irene Handono yang mendapat hidayah lewat surat al-Ikhlas. Darinya juga aku jadi tahu, ternyata ada sebuah negara yang para wanitanya harus berurai airmata dan menahan sakit di hati serta tubuh mereka setiap harinya, hanya karena peraturan yang berlaku di sana bertentangan dengan syairat yang diberlakukan untuk setiap wanita Muslimah yang telah menjumpai aqil baligh. Sungguh berbanding terbalik dengan apa yang sering kujumpai pada kami yang memiliki kebebasan untuk berhijab.

Iya, dari kakakku yang satu ini, Baxy. Aku jadi semakin banyak tahu tentang sebuah cerita yang menggetarkan hati setiap yang mengetahui kisah tentang Muhammad Al-Fatih. Sebuah kisah dengan nama yang membuatku semakin merindukan indahnya Islam agar kembali menjadi satu Agama yang besar.

Komentar

Postingan Populer