Buku Harian Baxy 2020 - Aku anak Warsiti
1
Maret 2015
Mau diisi apa? Benang, Kawat, Kenur? Atau hanya sekedar usil
melewatkan pasir dan serbuk lain dari lubangnya? Seperti itu hati seharusnya
dibuat … berlubang bukan tanpa isi, berlubang bukan berarti tak dapat menahan
beban. Dilalui bukan berarti tak dapat mengingat, dilewati bukan berarti tak
terkenang. Butiran tasbih berjajar bersisian-diuntai, melingkar di telapak
tangan-memutar di antara sela jemari. Terukir kata apa di setiap butirnya?
Sebuah kata atau Satu Nama? Hemh, dunia … begitu keras engkau menghempas,
begitu dalam kisahmu menancap di hati, hingga aku terlupa dengan satu Nama yang
telah mengukir semua guratan dalam tubuhku ini.
Seperti butiran tasbih, hatiku belum dapat menjadi. Tak mampu
menyerupai segara seperti milik wanita yang selama ini kupanggil Mama,
si pemilik kisah penyangga sebatang pohon pisang yang akan rubuh. Wanita yang
biasa kubilang memiliki hati seluas samudra, entah dengan hakku yang mana sebagai
seorang anak-telah berulangkali melukai hatinya. Dengan alasan kisah perjalanan
mencari Tuhan, seringnya membuatku lupa bahwa aku adalah juga seorang anak dan
membutuhkan seorang ibu untuk bisa dilahirkan ke dunia. Bagaimana aku bisa
segera menemukan Tuhan yang kucari, jika aku terbiasa lupa untuk mengagungkan
sosok yang telah menjadi tempatku berlindung sebelum akhirnya menghirup udara
bumi?
Ini hari lahir Ibuku, Baxy … dan aku masih belum dapat mengisi hari
tuanya dengan kebahagiaan seperti yang pernah kujanjikan.
Komentar
Posting Komentar