Buku Harian Baxy 2020 - Bee de Contez
19 Desember 2012
Bisakah kubilang bahwa kebahagiaan yang kuimpikan masih jauh untuk
kurasakan? Hujan warna- warni yang kunanti, ternyata baru serupa mendung yang
menggantung sehari lagi. Masih diminta menunggu lagikah, aku?
Kebodohan salah siapa? Milik siapa? Sebuah pilihan atau telah jadi
harga mati? Yamin dan syimal, dimanakah aku bertempat akhirnya pada salah satu
nama itu? Tertawakah mereka yang sempat tau sejarah hidupku jika sekali lagi
aku gagal merengkuh mimpi dalam pelukan? Salahkah aku yang berani bermimpi
terlalu tinggi tanpa menggunakan nalar terlebih dahulu. Hanya mengandalkan keyakinan,
bahwa Sang Pemilik mimpi selalu ada kapan pun dibutuhkan.
Seperti apa alis dicukur? Seperti ini ternyata rasanya. Tak ada kebanggaan
lagi yang bisa aku tunjukkan di hadapan Sang Penggurat alis itu sendiri. Hilang
semua rasa … sedih, duka, rasa saat mengeluarkan airmata. Bahagia? Aku bahkan
sudah lupa dengan kata itu.
Benar telah menjadi budak hawa nafsukah aku kini? Hanya menuruti hawa nafsu? Kebanggaan menjadi seorang istri,
mendapat sebutan istri, lipatan pahala, asa agar agamaku akhirnya benar-benar
sempurna. Mengapa setuju untuk ikut memudar bersamaan dengan persangkaan
mereka?
Airmata di malam kedua ada karena apa? Hasyalillah … selalu saja hanya untuk-Nya.
Sepanjang usia yang telah aku lewati, saat sibuk mencari, bertanya-tanya dalam
hati, menyusun rangka jawaban seorang diri. Iya, selalu ‘fa biayyi ala
irobbikuma tukadziban?’ yang kutemukan sebagai jawaban. Dholimu linafsi, entah
apa masih ada Sang welasasih di sampingku saat ini.
Satu kaki kembali melangkah, bisa saja aku mundur seketika seperti
yang biasa kulakukan. Tapi kali ini aku ingin merasakan arti dari, ‘bertahan
dengan satu keyakinan.’ Sampai kujumpa satu kata indah itu. Ah … aku pengantin
baru, Allah, tapi mengapa Engkau menyelipkan airmata di hambal pengantinku
Akar mana yang harus kupotong, Robb? Sisi mana yang harus kupilih?
Every darkness bring their own light, minaddulumati ilannuri … bagian mana yang
kumiliki? The dark, or the bright one?
Komentar
Posting Komentar