Agenda bilik in polybag - Laskar Mimpi
Kisah Andrea Hirata tiba-tiba saja menghias pandangan mata. Sahabat Pelangi, Laskar Andreanis, hmmm ... Ikal dari Belitong yang berhasil menginjakkan kaki di negri impian.
Aku? Akankah akhirnya aku pun berhasil membangun negeri impianku? Rahmatan lil alamin, seperti kokohnya benteng HagiaSofia yang santun dan bersahaja. Merengkuh semua yang berbeda hingga akhirnya menjadi sama dengan sendirinya.
Indahnya Sorbonne seperti apa? Eloknya Edensor? Semesta alam dalam limpahan kasih sayang apakah kalah indah? Hmmm, hidup dalam asap apakah harus sebegini pekat? Kenapa harus merasa kegelapan, jika sejak awal kita telah diberi kacamata pelindung seperti yang dimiliki pasukan gegana.
Sudah sering kubilang, tak pernahkah terdengar? Itulah gunanya keterangan. bukan untuk memecah belah, tetapi untuk menyatukan. Jika para programer bisa dengan teliti melihat berbagai macam kemungkinan, menggunakan setiap besaran yang didapat, tak peduli input atau output, mereka gunakan besaran yang ada untuk mendapati hasil yang paling mendekati harapan. Lalu, mengapa tidak kita gunakan cara yang sama untuk menyikapi perbedaan yang ada?
Ikhtilaf yang ad,a bukan berarti lantas kita mengiyakan perpecahan dengan serta merta. Sekali lagi aku tegaskan, itu gunanya keterangan! Berapa kali harus kuulang, seperti barisan Musketeer ketika menyatukan pedang mereka, kita adalah satu. Tak peduli walau terpecah menjadi tujuh puluh tiga, toh, kita tetap berasal dari satu akar yang sama.
Seperti kisah para Laskar Pelangi, yang mengajarkan kita tentang arti menyusun naskah hidup kita sendiri. Bahkan, Lintang pun tetap melanjutkan hidupnya meski kisah yang ia buat tak sejalan dengan kenyataan yang sudah ia rangkai. Lintang terus membakar semangat hidupnya dan mewariskan isi kepalanya yang cemerlang kepada buah hatinya. Demikian pula Arai kecil, yang belajar mengepakkan sayap mimpinya melalui mainan sederhana di tangannya.
Hmm, Sorbonne-ku akan seperti apa? Ah, hanya ingin melihat lengkungan-lengkungan kecil yang terukir di wajah setiap orang yang aku temui adalah tulus dari hati. Tak lagi memasang sudut pandang melalui minor atau mayor, karena keduanya adalah sama-sama tangga nada yang indah.
Kita.
Komentar
Posting Komentar