Di dalam Istana Pasir - Namanya Qiron 3

    "Kita naik sekarang ya, Pah?" Dengan lincah menaiki anak tangga.

    "Qiron turun, kamu mau disunat lagi?!" Lalu sang ayah menoleh dan tersenyum padaku yang saat itu kebetulan sedang duduk disampingnya, aku membalas senyumannya dengan sedikit menganggukkan kepala. Bocah kecil itu bernama Qiron, rupanya. Spontan diam ditempat dan menjadi patung sesaat, dengan airmuka yang sama seperti hari pertama ia berteriak dusta. Qiron menggelengkan kepala dan kembali menuruni anak tangga.

    "Ada bengkak diujung lingkar donatnya." Ujar sang Ayah ketika telah duduk dikursi pelayanan.

    "Oh, itu hal yang biasa terjadi ...," jawab salah satu Costumer care yang bertugas saat itu. "Tapi kepanikan orangtua adalah hal yang wajar terjadi." Imbuh salah seorang perawat yang kebetulan ikut duduk dibelakang meja pelayanan mengisi waktu senggang.

    Tiba saat nama Qiron dipanggil menuju ruang tindakan dilantai dua, segera Qiron menggandeng erat lengan sang Ayah, terlihat sedikit menyeret paksa kakinya, "Tapi nggak disunat lagi kan, Pah? Iya kan, Pah?" Lagi dan lagi, sang ayah hanya melempar tersenyum kearahnya.

    Sepuluh menit kemudian, Qiron sudah menuruni anak tangga dengan hati riang gembira, "Ternyata nggak diapa-apain ya, Pah? Nggak disunat lagi. Iih, aku seneng deh ...." Kali ini senyum sang Ayah terlihat semakin mengembang.

    "Ternyata bengkaknya itu tidak apa-apa, permisi." Ia menyapa para Customercare yang sedang berjaga, juga padaku sipencuci alat medis yang sempat dapat panggilan Suster, oleh beberapa keluarga pasien yang kebetulan berpapasan saat keluar dari ruang tindakan dengan membawa tumpukan alat medis di dalam nampan yang ku pegang. Hohoo ....

    Hemh, dua hari lagi masa musim sunatan selesai. Kemana qodar membawaku setelah ini? Ah, cetak biru ... andai saja kau berjalan seperti yang kuharapkan, maka setelah ini aku telah tahu apa yang akan kulakukan, tempat yang akan aku tuju.

Komentar

Postingan Populer