Di dalam Istana Pasir - Rina-Rini.

    Gadis kembar usia remaja, dengan kaos putih yang sama namun tak lagi cemerlang warnanya berada di dalam gerobak sampah, yang ditarik berkeliling dijalan besar perumahan mewah oleh seorang laki-laki paruh baya yang kemungkinan adalah sang ayah.

    Rina-Rini membuang pandang ke sekitar mereka, sepintas lalu terlihat sangat ayu walau wajah tertutup debu. Entah apa maksud sang ayah menempatkan buah hatinya dalam gerobak yang mewakili nada nestapa itu, entah apa pula hak yang kupunya karena sudah beberapa hari ini sengaja memperhatikan tingkah mereka. Berani memikirkan bagaimana nasib mereka ketika malam telah menjelang, pulangkah mereka ke rumah atau tetap berkeliaran dijalan di atas gerobak sampah yang ditarik oleh sang ayah. Lalu bagaimana keadaan mereka saat lapar menyerang? Saat kantuk dan letih mulai menghinggapi sang ayah, akankah ia tetap menarik gerobak itu? Tetap mengayunkan tongkat besi dengan lengkung serupa kail diujungnya, memunguti setiap sampah yang dijumpainya. Memilihi limbah plastik atau kardus-kardus bekas yang ia temukan dan meletakkannya diantara dua anak gadis kembarnya.

    Nestapa, nestapakah ini yang sedang aku rasa? Punya hakkah aku untuk ikut memiliki rasa ini? Sedangkan aku tak bisa berbuat apa-apa. Pergi melarikan diri dari istana tanpa kabel sebelum mendapat sebutan orang IT telah membuatku menjadi petani pepaya yang gagal panen. Seperti benang merah yang mengikat kuat antara si miskin dan si kaya, antara kata mewah dan berlimpah yang seharusnya damai bersanding dengan satu kalimat indah, Hati Nurani.

    Duh, Gusti ... entah sudah berapa kali Engkau beri aku kesempatan untuk terjun langsung dan ikut berperan? Seperti Srikandi maju ke medan laga, tapi kenapa ketakutanku akan kata kaya membuatku terlihat seperti katak yang enggan keluar dari tempurungnya?

    Sepuluh hari ini, kembali aku dikelilingi oleh mereka yang hidup bak bidadari turun dari langit. Ada kendaraan roda empat yang selalu siap mengantar mereka. Ada setumpuk hadiah indah menanti, tak lama setelah sang buah hati setuju untuk dibuang ujung kulit kulupnya. Adakah sedikit bagian dari seemua yang kulihat itu untuk dapat juga dinikmati oleh Rina dan Rini?

Komentar

Postingan Populer