Buku Harian Baxy 2020 - Bee de Contez

    21 Januari 2013

Hemh, dari sekian banyak status di dinding situs buah karya Mark Zuckerberg, kenapa hati kaya langsung kesetrum begitu baca satu status yang kalimat terakhirnya, ‘gak cocok, puol.’ Aneh, tapi sekaligus bersyukur karena aku dapat kesempatan langsung ngerasain semua dalil yang pernah aku kaji. Undzur man qila wala tandzur man qola, ternyata memang seperti itu alur yang berjalan, jadi sesuatu dulu atau peroleh ijazah lebih dari sekedar SDTT, baru suaramu akan terdengar.

Abang Lintang, betapa teguh hatimu menjaga ilmu yang telah dengan begitu indah jatuh hati padamu. Kau teruskan mimpi dan cita-cita untuk tetap mewariskan ilmu yang kau punya, terlepas dari apa dan siapa kita dimata mereka yang hidup bergelimang harta.

Tak pantaskah seorang kuli tani menyampaikan satu ilmu yang ia tau tentang agama yang ia yakini? Lalu untuk apa kisah Sulam si penjual bubur di angkat ke layar kaca? Seperti kilas balik, nasehat pak Johnson yang pernah ia sampaikan saat tahu niatku mengundurkan diri, dan kini aku paham maksudnya.

Sebuah kesombongan jika si miskin berani mengucap satu kebenaran, sedang keadaan dirinya masih perlu dibantu. Diam dan tunggu kamu jadi seseorang. Iya, kini aku mengerti. Aghnia mau tidak mau adalah perantara Gusti Allah mengayakan kita, tidak cuma sekedar harta tapi juga ilmu. Abang Lintang, bagian hati yang mana yang Anda gunakan, hingga mampu membuat ilmu selalu datang berkunjung?

Entah bagian hatiku yang mana yang sengaja aku keraskan, saat membayangkan Salman al Farisi saat ia mengusulkan membuat parit, yang dimiliki Bilal bi Robah hanyalah raga saat ia yakin dengan keimanan yang ia punya. Laskar Pelangi telah membuktikan bahwa mimpi itu benar indah terlebih jika berhasil jadi nyata, para penghuni lima menara telah berhasil membuktikan kalimat sakti, man jadda wajada dan menunjukkan kekuatannya, nasehat yang diucap Chris Gardner pada anaknya, lima center meter pun kini menggantung dekat ujung hidung.

Hanya ingin damai, abang. Melihat para pemuka agama berhenti saling menunjuk dada dan berucap mereka-lah yang paling benar hujahnya, membuat mereka duduk dalam satu ruangan yang sama, saat membuka al qur'an serta kutubusitta. Mencocokan bagian mana yang dinilai salah, dan dengan hati lapang mencari solusi sandaran yang paling mendekati mutafakun alaih. Berhenti membuat agama ini menjadikan ajang transaksi dan mengembalikannya sesuai fungsi saat diturunkan, menjadi pemersatu, penenang, sandaran, ketika mulai lelah dengan alur dunia ini.

Hanya ingin tenang, abang. Tak perduli agama telah terpecah belah, karena dua perkara masih ada dalam genggaman, Asap tak’kan terlalu pekat kabutnya, jika masing-masing laskar paham betul dengan peran yang mereka punya. Ingin pulang dengan selamat,  Khusnul khotimah, dan biarkan Kuli Tani ini dengan kicauanya sepanjang hari, tentang sebaris ilmu yang ingin ia bagi. Sebagai tijaroh yang bersambung tak kenal merugi, seperti pucuk merah yang terjual habis hari ini. Semoga berlanjut keberuntungan pada ketepeng dan rombusa dipekarangan, bromolia lampion dan puring Z yang segera turun dari cangkokan.

Biarkan Kuli Tani ini mengayakan diri dengan jalan yang ia pilih. Memupuk tak hanya tanaman dikebun sebagai perantara nafkah dan penyambung hidup di dunia, sekaligus memupuk tanaman hati untuk bekal di akherat nanti. Seperti beberapa baris jendron dalam polybag kecil yang hilang beberapa minggu lalu, seperti unta, telah kutambatkan talinya sebelum aku mendatangi panggilan wajibku. Qodar-ku telah ku ikat pada satu kata kunci, Bismillah.

Salam sayang teruntuk abang Lintang, walau kita tak pernah berjumpa dan aku hanya mengenalku lewat sebuah cerita, tapi semangat hidupmu membantuku untuk tetap menjaga mimpiku sampai hari ini. Jika tak mampu taklukan dunia, setidaknya kita punya sedikit ilmu untuk diwariskan pada anak turun kita nanti.


Komentar

Postingan Populer