Catatan Sisi Miring - Misteri Tumbal dan Pati (Buaya mau dikadalin)
Raja kura-kura tua dan aku si cikrak sapuijuk, walau terlihat seperti Tom dan Jerry yang tak pernah bisa akur, tapi sejujurnya banyak kesamaan yang kami miliki. Serasa dunia milik berdua, jika saat ada kesempatan berbincang dan bertukar cerita membahas hal-hal yang tak kasat mata. Hahaa ...Waktu itu, belum lama kami menempati rumah keong terbaru kami. Lumayan besar, ada dua kamar tidur dan ruang tengah yang cukup luas. Bertukar cerita mulai dari aku yang mendapat sambutan spesial dari jin kuning penunggu pohon nangka yang tumbuh tak jauh dari rumah. Berdiri berdampingan dengan pohon jamblang yang sama besar, bapak bilang dua pohon itu sebenarnya adalah penanda, gerbang menuju alam berbeda. Lokasi setelah melewati dua pohon itu, termasuk rumah yang kami tempati, konon katanya biasanya digunakan sebagai tempat untuk berkumpul pasukan gaib Prabu Siliwangi.
"Terus, nie perhatiin berapa hari ini, bapak kalo tidur kayak orang ketindihan gitu? Udah gitu, kayak orang lagi berantem." Bapak, yang saat itu sedang punya hobi baru dimasa-tuanya, pergi menjelajah pasar senen untuk baju second, atau ke pasar tanah abang, untuk mencari pisang murah.
"Hahaa ... Lagian, buaya mau dikadalin. Mana ada sih, orang duitnya jatoh tapi lempeng gitu. Biar gocap juga lumayan ... Eits, aku langsung injek aja. Padahal ada sopirnya lagi nyuci mobil, dia kira kita nggak ngerti sama yang begituan. Hahaa ... " bapak tertawa. Setelah sempat demam selama tiga hari, dan aku mendadak jadi seperti satpam yang terpaksa tidur ayam, takut pas tengah malam bapak kembali sepertu orang ketindihan jin. Sensasi rumah juga mendadak terasa seperti waktu bapak membawa pulang batu api.
"Terus, uangnya dikemanain? Emang kalo dibelanjain, kenapa?"
Komentar
Posting Komentar