Buku Harian baxy 2020 - Sawan (3)

 11 Januari 2017

“Idiih … ini punggung Ade biru kenapa?” sengaja meminta izin adikku untuk memandikannya dengan rebusan daun sirih dan daun dadap, yang katanya juga bisa membantu menyembuhkan orang yang terkena penyakit Sawan. Aah … sungguh cara apapun aku coba lakukan di awal tahun 2017 itu, baxy. Apapun ikhtiar yang bisa ku lakukan, selama itu jauh dari bahaya Menyekutukan.

“Nggak tau dah, emang biru? Ade mah nggak tau,” jawabnya. Mencoba meraba punggungnya dengan jemari yang terlihat semakin kurus. Aku sendiri pun berusaha mengingat dua titik biru dipunggungnya itu, jalan yang dibuat untuk mengambil sumsum tulang belakangnya, karena diduga adikku terkena radang selaput otak. Tiba-tiba saja teringat dengan cerita ibuku yang tak tega saat mendengar tulang belakangnya harus dibor sebelum diambil sumsumnya. Membuatnya dihadapkan pada kemungkinan akan duduk dikursi roda sepanjang hidupnya, serta kemungkinan kemampuan intelektual yang sulit menyamai anak seusianya, karena riwayat kelahiran premature serta gejala meningitis yang menyerang.

Tiba-tiba saja semua ingatan itu kembali hadir, setelah hampir Dua puluh Sembilan tahun berlalu dan terlupakan. Terus ku mandikan adikku, sebisa mungkin menunjukan sebesar apa rasa sayang yang aku punya untuknya. Iya, 29 tahun usia adikku seharusnya di 25 februari 2017 tahun itu, baxy … seandainya ia berhasil sekali lagi untuk menolak melepaskan ruh dari raganya, 13 februari dini hari.

Dua puluh Sembilan tahun melihat tumbuh kembang adikku, dari bocah cilik lucu dengan kulit putih, tubuh gempal, mata bundar, rambut ikal serta dagunya yang terlihat lebih lancip dari kelima saudara kandungnya. Dengan segala tingkah polos dan keluguannya mengisi hari-hariku, tapi tak pernah sekalipun aku diberi kesadaran bahwa ia adalah adikku, tak pernah sekalipun aku diberi rasa tentang indahnya menjadi seorang kakak yang memiliki adik perempuan. Tak pernah sekalipun teringat, tentang hal-hal indah dan menyenangkan, yang bisa kami lakukan berdua, entah itu sekedar bertukar cerita atau berbagi pengalaman tentang rasanya hati yang sedang berbunga-bunga karena Cinta pertama. Tidak, baxy … aku tidak punya semua kenangan indah itu.

 “Ngilu …,” sedikit cadel adikku menjawab, saat ku tanya apakah punggungnya terasa sakit karena memar itu.

Ku biarkan saja adikku bercerita sepanjang ku mandikan, dengan irama seperti anak-anak TK yang sedang merajuk pada ibu mereka. Jujur, biasanya aku merasa risih dan terganggu tiap kali melihat atau mendengarnya merajuk dan bertingkah tidak seperti biasanya padaku. Aku belajar menikmati indahnya rasa yang baru saja aku miliki itu, baxy. Indahnya rasa memiliki seorang adik perempuan. Merasa bangga dengan apapun kondisinya, seperti yang selama ini selalu ia harapkan dariku.

“Nanti kalo Mba’un udah balik ke jawa, ingetin mamim buat metik daon sirih lagi. Kan dirumah ka Pipit banyak tuh … terus ntar minta rebusin mamim, jangan Ade yang masak sendiri kecuali kalo fisik Ade emang bener-bener ngerasa udah fit lagi, baru boleh nglutek depan kompor. Tapi kalo masih suka lemes atau ngilu, minta amalsholeh mamim aja, ya. Bilang aja disuruh Mba’un mandinya sekali-sekali pake daon sirih, gitu.” Benar, baxy … rahasia Rizki, Jodoh dan Pati, sepenuhnya ada dalam genggaman Ilahi.

Tak pernah tahu, bahwa hari itu adalah hari pertama dan terakhir aku memandikan adikku, karena untuk memandikan jasadnya pun aku terhalang jarak dan waktu, permintaanku untuk menahan jenazah adikku agar tidak segera dikebumikan dan menunggu aku pulang pun tak mungkin dikabulkan, karena tanggal keberangkatanku pulang sama dengan tanggal kepulangan adikku kembali ke kehidupan abadi.

Terkadang, baxy … saat penyesalan itu kembali datang, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri, bahwa sungguh hanya Alloh-lah yang mengetahui kondisi hati dan diri setiap hamba-Nya melebihi hamba itu sendiri. Aku diberi kesempatan untuk memandikan adikku semasa hidupnya, karena kemungkinan besar aku tak akan mampu menjaga diriku untuk tetap berdiri dengan tegak, jika harus turut serta memandikan raganya yang tak lagi bernyawa. Rasa hangat dan sayang yang disisipkan dihatiku, mungkin adalah cara Alloh menyampaikan isi hati adikku, bahwa selama ini yang ia butuhkan hanyalah itu, kehangatan dalam keluarga, perlakuan yang menunjukkan kasih sayang yang kita punya, tanpa harus malu atau takut disebut Ratu drama.

Komentar

Postingan Populer