Buku Harian baxy 2020 - Senandung biru Peri Walakidung 2
02 April 2020, ba’da ashar.
Kesabaran seseorang baru teruji jika yang terucap saat hentakan
pertama cobaan datang bukanlah anjing, tai atau babi … melainkan Asma dari Yang
Maha Berkuasa. Entah itu mengucap Takbir, Tahmid, Tasbih, Tahlil atau segera
memohon ampunan, andai hati sigap untuk langsung mengoreksi khilafnya diri.
Mungkin saja cobaan yang datang selain untuk menambah pahala kita di Surga,
bisa juga jadi perantara teguran karena diri mulai sedikit lupa daratan.
Genap satu minggu
sudah, aku kembali dibuat tumbang oleh melodrama kehidupan yang agak
berkepanjangan. Bukan mengeluh, baxy … hanya saja akal dan ilham baik yang aku
miliki selalu terbentur oleh kondisi yang bernama derajat dunia. Status sosial,
aku yang bukan apa-apa, tak punya hak untuk bersuara. Rasanya hati terus saja berteriak,
Ilahi … Ilahi … Ilahi … seperti adegan yang kulihat difilm yang mengkisahkan
hari di Salib-nya Nabi Isa, berharap setetes embun jatuh membasahi pipi, dan
hatiku dibuat tenang kembali.
Detik dimana
sebelum akhirnya setetes air dari langit jatuh ke bumi, aku selalu membayangkan
detik itu terjadi dalam kehidupanku. Jasad yang telah terluka, terkoyak karena
ujung tombak … darah yang membasahi kening, bahkan terlihat seperti menggantikan
airmata yang mengalir, sebab tumbuhan berduri yang dipakai paksa sebagai
mahkota. Terluka kah hatinya saat itu, baxy? Siapapun ia, yang saat itu
dibentangkan tangannya disepanjang kayu yang melintang menyangga tubuhnya.
Lunturkah Iman yang ia miliki? Atau justru tertanam semakin dalam di dalam
sanubari.
Ilahi … baxy. Aku
meratap dan merintih pada-Nya bukan sebab drama hidupku sendiri, karena sebisa
mungkin, aku telah mengikat janji. Bertahan mengarungi bahtera yang telah ku
pilih sampai aku dinyatakan sebagai pemenangnya.
Batinku menjerit
karena sebentuk hati, baxy. Segumpal darah yang telah tumbuh sempurna dan
terlahir ke dunia. Selembar kertas putih bersih, penerus generasi … jabang bayi,
yang biasa disebut permata hati oleh setiap pasutri yang mendamba menimang bayi
mereka sendiri. Namun sayangnya, mungkin sedikit berbeda dengan jabang bayi
satu ini. Entah kehadirannya benar didamba atau justru tak pernah diharapkan
sama sekali.
Ini kisah tentang
peri Walakidung, baxy. Berharap aku bisa mewakili jeritan hatinya melalui
jemariku ini.
Bijaksanakah aku,
jika tak mengganti atau menyamarkan nama para pemeran yang hadir dalam kisah
hidupku? Mengingat, buah karya yang aku buat inginnya seperti mahakarya Andrea
Hirata. Nama-nama nyata yang tertulis dalam semesta, walau aku tahu kisah yang
kubagi tak seindah dan gemilang seperti milik para Laskar Pelangi, tapi aku
selalu belajar untuk menghargai setiap peran yang ada. Iya, selalu terpengaruh
dengan apa yang pernah aku lihat ditelevisi, bahkan Wrack-it Ralph pun membawa
pesan mendalam, yang bisa kita petik untuk dipelajari.
Mainkan peranmu
sebaik-baiknya, tak perduli jika kau tak bisa ikut menikmati pesta dipuncak
menara, tak apa jika kau selalu menghabiskan malam-malam mu sendirian memandang
bintang. Asalkan tak kehilangan jati diri, asal kau selalu mengingat peran yang
kau dapat begitu dimunculkan, asalkan kau selalu ingat siapa yang menciptakanmu,
dan untuk apa kau lakukan semua ini. Maka setiap gerak telah masuk hitungan,
setiap tindakan telah tercatat dan tak’kan pernah dibuang percuma.
Kebaikan yang tak pernah terlihat, justru akan menjadi medali
terindah yang akan kau dapat. Menjadi buruk rupa, penghancur, mendapat jatah
peran menjadi pribadi yang tidak disenangi. Hei, Ralph-pun akhirnya tersenyum
dan tertawa bahagia saat kembali dibuang ke tempat pembuangan sampah. Tak akan
ada pemeran Protagonis yang bersinar tanpa kehadiran pembawa antagonis yang
menghayati perannya.
Mungkin semua ini
bermula dari rangkaian do’a yang ku baca tanpa fikir panjang dan memikirkan
akibat kedepannya, baxy. Jujur, aku termasuk orang yang sedikit sekali dalam
berfikiran panjang. Sebut aku naif, iya aku sudah terbiasa dengan kata itu … hanya
saja, gambaran tentang Surga yang ku dapat begitu indah, baxy. Tutur kata
santun, kedamaian, gemah ripah loh jinawi. Jika kehidupan yang begitu indah
benar ada, mengapa terasa sulit untuk coba kita terapkan pada kehidupan yang
tengah kita miliki saat ini?
Apa karena terbentur ego? Ukuran standar penilaian ala duniawi?
Atau lagi-lagi, semua karena ulah para bala tentara iblis? Bersorak gembira,
merasa telah berjaya saat tahu telah berhasil mengupadaya anak turun musuh
bebuyutan raja mereka.
Sepasang suami-istri
berpisah, seorang anak durhaka pada orangtuanya, ikatan darah terputus hanya
karena perbedaan prinsip atau sebab pembagian kasih sayang tak sama rata.
Mengalirkan darah menjadi hal yang biasa, baik dengan ujung pedang atau
sepotong kain kafan dan sejumput tanah kuburan. Dendam semakin dipupuk, sedang
rasa percaya dan empati kian dikebumikan. Mengubah ladang pahala yang berlipat
ganda, menjadi zona nyaman penuh dosa … dengan mengubah kata zina menjadi
terlihat indah dan memikat hati. Selingkuh, Pacaran, Teman tapi Mesra, asal
suka sama suka, maka kisah wanita suci akan segera dijadikan senjata pamungkas
begitu tulang sulbi tertanam dalam Rahim, tanpa segel kehalalan yang akan
menjadi jaminan untuk manusia baru yang akan dilahirkan.
“Saya berani sumpah demi Alloh, Und. Kalo saya
nggak hamil.” Katakanlah, mungkin saat itu aku
masih dalam pengaruh ilmu warisan para leluhur.
Mengetahui sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia, atau seperti
ada suara yang selalu mendampingi dan mengatakan mana yang baik dan tidak, atau
mana orang yang bisa dipercaya atau dia senang memainkan sebuah drama. Walau
tanpa dihubung-hubungkan dengan hal mistik pun sebenarnya sudah bisa ditebak,
baxy … cukup dengan melihat pinggang yang sedikit melebar dan perut yang nampak
seperti penderita busung lapar, maka mengucap sumpah dengan membawa Nama Yang
Paling Mengetahui apa yang terjadi dimuka bumi ini …? Sungguh Alloh Maha
Pemurah dan Maha Pemaaf, baxy. Khilaf akan digantikan dengan pahala, jika hati
tersentuh sinar hidayah dan segera mengetuk pintu taubat.
Komentar
Posting Komentar