Bee DeContez

 

14 Januari 2011

Meet Mr. Acong. Kutandai tanggalan dalam buku agenda manshurin yang sengaja kubeli. Menjalani tiap harinya dengan sedikit memendam rasa marah. Bukan hanya pada pengurus yang telah menegurku, atau karena dari Sembilan teman diklatku yang kesemuanya adalah remaja pria, yang semakin membuat teguran pengurus itu terdengar masuk akal, saat menyarankan aku untuk mundur teratur, karena hanya aku satu-satunya perempuan di dalam kelas tertutup itu. Tapi karena pola, sistem yang sempat membuatku terluka hati, semenjak pertama kali resmi mendapat sebutan santriwati.

“Kalo ditanya, apa alasan saya ikut diklat ini, Pak? Sebenernya, film Robocop masih tetep bikin saya takut kenal sama yang namanya teknologi. Tapi gara-gara pertanyaan dari seorang temen tentang petani dan buah papaya, bikin saya mikir. Iya, kenapa enggak. Kalo emang kita tahu, pohon papaya itu milik kita. Terus, kita juga udah ngerela’in buahnya untuk dipetik siapa aja yang mau, terus kenapa harus nunggu orang lain yang metik kalo kita bisa petik sendiri. Kita bisa bantu kupas, terus sekalian potong kecil-kecil, supaya mereka yang udah kelaparan bisa langsung makan. Intinya, mah … kalo mau jadi orang baik, ngapain setengah-setengah. Ya udah, cuma itu alasan saya, Pak.”

“Jarang saya ketemu sama orang yang satu pemikiran dengan saya. Nggak menutup kemungkinan, suatu hari nanti kamu juga bisa jadi Acong kedua. Kalo masih ragu, atau masih takut gara-gara film Robocop, inget-inget aja sama pohon papaya kamu. Simplenya gini, kalo satu kaki udah melangkah, cemplungin aja yang satunya. Nanti kamu baru bisa tahu, kalo sadar teknologi itu asyik, kok.”

Acong kedua, baxy. Sejak hari itu, aku terinspirasi untuk membuat diriku benar menjadi Acong kedua, walau aku tak tahu bagaimana caranya. Dan sebagai langkah awal, aku mengubah nama panggilanku dengan menggunakan nama belakang sosok yang tengah menjadi idola baruku. Acong de Conte … aku tak tahu apa arti dari de conte, tapi tetap kuculik nama belakang itu, untuk kusematkan dibelakang nama panggilanku. Bee de Contez, baxy.

Berharap aku juga bisa menanam kebaikan, sebanyak ia menebar derma.

Komentar

Postingan Populer