Catatan Sisi Miring - Nahnu


Dipinggiran kota Batu, disebuah ruko digital printing. Menunggu hasil print-an gambar jack sparrow yang akan dibuat dasar sablonan baju milik pak suami.
"Coba tebak, Mas. Kira-kira itu gambar apa?" Berdua, melihat sebuah mesin cetak besar yang sedang bekerja.
"Yo ghorong ketok tah, gambar e. Wong jek tas mulai diprint." jawab pak suami.
"Ayo tebak-tebakan? Kalo aku bilang, itu gambar tetesan darah."
"Kemeruh. Eroh teko endhi koen?"
"Ceban-ceban, berani?"
"Heh, ngawur. Taruan iku jenenge." Kemudian kami berdua semakin memperhatikan gambar yang sedang dicetak dalam sebuah spanduk besar.
Setelah beberapa menit, gambar awal mulai terlihat bentuknya. Seperti tetes air namun berwarna seperti merahnya darah. Mesin terus bergerak, memadukan setiap warna yang ada. Wajah seorang pria mulai terlihat jelas, lengkap dengan mahkota dari akar berduri yang tersemat melukai keningnya. Darah pun ikut menghias disetiap ujung durinya.
"Iyo, i. Koen kok eroh?"
"Hehee ... percaya, kalo aku bilang, semalem aku ngeliat orang yang mukanya mirip sama yang digambar itu? Kenapa bisa nebak itu darah? Soalnya, sampe sekarang aku masih bisa ngerasain waktu darah itu netes ke muka aku. Padahal kita baru aja ngobrol ya, Mas. Terus Pean miring ngadep tembok, kan nggak lama kemudian aku nyempil diketek Pean. Itu didepan mata aku, dipaksa ngeliat waktu orang itu dimandiin. Aku mbayangin, posisi duduk aja dia setinggi itu, apalagi kalo berdiri? Udah gitu, nyempetin senyum ke aku. Yang bikin aku takut itu, pas ngeliat orang yang mandiin. Tingginya kayak sampe nyundul langit gitu. Makin aku coba buat liat mukanya, badannya kayak makin tambah tinggi."

Komentar

Postingan Populer