Catatan Sisi Miring - Pocong Sanggul Sailormoon
"Baca ...
baca ...." Dan surah Yasiin pun mulai terdengar dilantunkan, lirih
perlahan.
"Bangun,
baca ...." Berhenti sejenak, dan seperti sengaja membuat kontak badan.
"Iya, iya,
aku baca. Tapi aku ambil qur'an dulu. Aku nggak hafal semua, cuma hafal diawal
surat aja." Masih belum tergerak memandang, pemilik suara yang sedang
mengajakku berbincang.
"Baca!
Bangun! Baca!!" kemudian, pemilik suara pun mengulang surah dari awal.
"Iya, iya,
aku bangun. Cape deh, jam berapa sih ini. Perasaan, aku baru aja tidur."
Memaksa badan duduk dengan setengah melawan kantuk. Walau dengan sedikit ragu,
tapi pandangan mata terpaksa memberanikan diri. Hanya ingin memastikan, sedang
bermimpi atau bukan. Melihat ke arah sudut kamar. Mencari tahu, siapa yang
tiba-tiba saja duduk didekat kepalaku saat aku tidur. Melihat jam pada layar
telpon genggam, ternyata benar ... waktu masih menunjukkan jam 1 dinihari.
Jadi patung
sejenak, saat akhirnya mata bertemu muka, dengan dia yang terus memaksaku untuk
membaca.
"Emh ...
boleh kaget, nggak? Terus, kalo boleh nanya, itu kenapa tampilannya harus kayak
gitu sih? Lain kali muncul, bisa kan dengan tampilan yang beda? Pake sanggul
dua, kaya sailormoon, gituh?"
Wajah setengah
biru, dengan tatapan beku. Kain putih yang mulai pudar warnanya, bercampur
dengan warna merahnya tanah. Tersenyum padaku, masih dengan tatapan beku.
Aku berlagak
berani, mundur perlahan keluar kamar. Langsung melarikan diri ke kamar mandi, membasahi
diri dengan air wudhu.
Komentar
Posting Komentar