Ini Aku - Permata yang berdebu 5

“... ka’annahum bunyanum marshush.” Itu kan peran ayat ke-4 dari surat Sof, Robb? Tetap berbanjar, berdiri bersisian, berbaris rapi walau setiap pasukan berbeda komandan. Seperti bendera merah putih yang selalu dikibarkan setiap senin pagi dan baru diturunkan kembali saat sabtu sore telah tiba. Seperti Muhammad al-Fatih yang hanya melafadzkan satu kalimat, tanpa melupakan atau sengaja meninggikan dari suku bangsa mana ia berasal.
“Allohu Akbar!” Robb, ingin rasanya aku pun meneriakkan kalimat itu dengan lantang. Allohu Akbar, bukan suara lantang seperti yang sering aku lihat ditelevisi, teriakan lantang yang lebih terdengar seperti provokasi tersembunyi, dan membuat Rohmatan lil ‘Alamin menjadi terkesan Anarki. Allohu Akbar, Robb ... Allohu Akbar dengan penuh kerendahan diri, mengakui keberadaan-Mu, bahwa Engkau sungguh Maha Besar. 
Allohu Akbar, Robb... sungguh Engkau Maha Agung. Jika banyak hal yang mustahil aku lakukan untuk banyak orang, mohon buat satu hal mustahil yang bisa ku lakukan untuk kisah hidupku sendiri. Untuk anak turunku nanti, untuk orang-orang yang ku sayangi. 
Menyampaikan kisah, tak hanya Congculudin yang menjadi judul tetap saat bercerita. Namun, juga tentang sebongkah batu yang turun langsung dari surga. Yang berubah warna karena telah menyaksikan begitu banyak dosa yang dibawa setiap anak manusia yang datang dan sengaja menciumnya. Tentang sebuah bahtera besar yang menjadi perantara terciptanya beragam bahasa, setelah para penumpangnya turun dan kembali menyentuh daratan. Tentang buah khuldi yang menjadi awal kisah anak manusia dibumi bermula. Tentang indahnya Islam, walau aku mengenalnya pun sudah dalam keadaan terpecah belah. Namun, sejarah yang berulang terus menggambarkan dan membuktikan tentang masa-masa indah nan gemilang yang pernah dimilikinya. 
Kami memilih, Engkau yang putuskan mana yang paling benar, Robb. Dengan begitu, muslim akhul muslim bukanlah lagi sekedar slogan dan kata-kata tanpa makna. Menjaga kitab suci yang telah Engkau wahyukan di dalam tangan-tangan pribadi yang jujur dan amanah, maka Engkau pun telah tahu siapa saja dari hamba-Mu yang mampu memegang tali-tali itu dengan kuat, bersama-sama mulai mengurai arti dari “Bersatulah dan jangan berpecah-belah.”

Komentar

Postingan Populer