Ini Aku - Rantai Andromeda 4
Fabi
ayyi ‘alaa irobbikuma tukadziban, apakah harus selalu ku ulangi kalimat itu? Terasa sia-sia
jika kalimat itu dibaca dengan hati yang hampa. Menjadikannya sebagai kalimat
pengingat, namun tetap tak bisa merubah tabiat diri. Maka dengan nikmat Engkau
yang mana, yang masih dengan ringan bisa aku dustakan? Dan hamba-Mu
yang bodoh ini selalu saja mengingkari dengan sengaja membuang jawaban yang telah diberikan.
Lagi-lagi dengan alasan malas berperan aku mencoba mencuci tangan. Kehilangan
satu sayap putih ternyata belum bisa membuatku mengambil pelajaran bermakna.
Janganlah berkata 'ufth' atau dengan sengaja menyakiti hatinya, terlebih ketika mereka sudah
sangat tua-nya. Merasa malu pula pada suamiku sendiri, karena semua kalimat
yang pernah kuucap jadi terlihat palsu. Potongan gambar
pertama telah terjadi didepan mata. Dan ternyata, dampak yang diberikan adalah
sebuah rasa benci yang sebelumnya tak pernah hadir mengisi hatiku.
Sungguh, dendam pun ternyata adalah sebuah rasa yang mengerikan setelah dengki dan
kebencian. Dendam itukah yang telah meliputi hati iblis sejak hari pertama ia
terusir dari surga? Keangkuhan yang merubah wujudnya menjadi
kebencian, apa yang bisa lebih menakutkan dari itu? Perseteruan dimasalalu, mengapa harus kami sebagai anak turun yang harus menanggung
bebannya?
Seperti
lukisan indah yang sengaja dibuat menjadi terpecah belah, setiap bagian dibuat
dalam berbagai macam bentuk, namun tetap menyisakan empat potong pengisi sudut, sedangkan tepian yang halus sengaja dibuat untuk mengisi bagian tepi. Di tengah, barulah potongan
gambar hadir dalam bermacam pola. Seperti itu juga kisah hidupku dibuat, seperti sebuah lukisan yang indah, namun sebelumnya aku harus bisa
menyatukan terlebih dahulu setiap keping gambar yang ada untuk bisa melihat lukisan
hidupku secara utuh. Selain Engkau sebagai pengendali penuh setiap makhluk
ciptaan dibumi, kami manusia yang diciptakan dengan rasa, akal dan fikiran pun
ternyata diberi kesempatan untuk ikut berperan dalam menentukan alur dan gerak hidup kami sendiri.
Dengan kebebasan berkehendak yang Engkau berikan, apakah kami akan menjadi
seperti apa yang Engkau kehendaki atau lebih memilih menjadi seperti apa yang
kami yakini.
Sedang
cuci tangan kembali kah aku saat ini? Sekali lagi berusaha untuk
melarikan diri, dari tanggung jawab, dari janji yang telah aku buat. Dengan
nenek tua bling-bling yang ku jadikan sebagai kambing hitam.
Menguatkan alibi, membenarkan alasan untuk aku bisa berbuat sesuatu dengan tenang, tanpa beban. Melanjutkan
merangkai potongan gambar berikutnya.
Komentar
Posting Komentar