Buku Harian Baxy 2020 - Menuju Payek

 

Ilahi … penggalan tulang rusuk meratapi diri. Remuk hati lelah jiwa, inginnya diri berlari pergi dan mengusir jauh kata cinta. Sepenggal do’a, tak adakah satupun yang bisa mengamankan diri dari terlukanya hati?

Ilahi … sepenggal tulang rusuk meratapi nasib. Pada belahan jiwa ia mulai belajar percaya, bahwa cinta itu benar ada. Bahwa rumah rusuknya di dapat lewat do’a.

Ilahi … sepenggal tulang rusuk ingin membagi cerita. Membuka kisah pada Yang tak bisa dikelabui. Adakah kiranya dusta saat meminta? Menjadikan Engkau saksi ketika hati telah yakin untuk memilih.

Ilahi … aku hanya hidup satu kali. Separuh usia telah terbuang sia-sia, haruskah sisanya kutangisi hanya karena dilemma cinta?

………………….

 

Eaaa … kita sampai di babak dilema kisah cinta season berikutnya, Baxy. Aku masih ingat dilema kisah cinta season pertama, termehek-mehek dan hampir setengah gila. Eits, bukan karena susah move on ya, tapi lagi-lagi karena ‘that thing,’ yang berusaha mengambil keuntungan dari terjatuhnya imanku saat itu. Hahay, gegara alur pencarian jodoh seperti zaman Siti Nurbaya, akhirnya terlintas dalam benak untuk mencipta kisah cintaku sendiri. Bukan sengaja membangkang pada peraturan, hanya saja terlalu banyak ketimpangan yang tanpa sengaja kutemui. Ya … ya … ya, lagi-lagi dihadapkan dengan mata pedang yang selalu meruncing tajam ke bawah, dan dijaga sebisa mungkin agar tidak melukai si pemilik pedang.

            Langkah yang kubuat, keputusan yang kuambil, bukan tanpa pertimbangan, apalagi tiap kali teringat ancaman yakhruju ‘anitho’ah. Siapa yang tak’kan berkecil hati, mendapat sebutan anjing neraka saat masih hidup di dunia, Baxy? Hanya karena melanggar satu peraturan yang sejatinya juga buatan manusia. Satu dari sekian banyak peraturan, yang seringnya membuat akalku terus saja berusaha menemukan jawaban, agar bisa mengikat  diri dalam ketaatan.

Iya … aku mendengarkan, aku juga berusaha untuk selalu taat, karena aku juga menginginkan surga dan takut dengan gambaran neraka. Mastatho’na, Baxy … sampai titik terakhir kemampuanku untuk mendengarkan dan taat. Aku juga telah berhenti mempertanyakan seperti apa keadilan dan pengayoman sebenarnya, atau arti dari slogan indah tentang ‘saudara lahir-batin.’

            Tak mudah ternyata, untuk menjadi seorang penyampai agama. Membuat diri selalu seiring sejalan dengan apa yang telah disampaikan. Para pembawa Qur’an, para penegak Sunnah, tanpa menyemat jumawa di hati. Sayangnya, aku pun sempat ikut menanam benih menakutkan itu dalam diriku, Baxy. Sedikit membusungkan dada hanya karena merasa telah berada dalam barisan gurunya semesta. Namun, syukurnya semua itu tak berlangsung lama dan aku menyikapinya sebagai sebuah pembelajaran. Sebagai cara yang Alloh gunakan untuk mengajarkan secara langsung padaku, seperti apa pengaruh dari syndrome of power itu. Mengenali secara langsung, perasaan yang dimiliki Iblis sebelum menolak untuk melakukan sujud penghormatan.

Ketika setiap ucapan kita memiliki kekuatan untuk didengar, ikut berperan dalam merubah hidup seseorang, setiap gerak dan tingkah laku kita diperhatikan. Sengaja dinanti kehadirannya, ditiru oleh setiap orang yang telah menjadikannya sebagai idola. Maka tak menutup kemungkinan, jika perlahan mengklaim diri sebagai manusia setengah dewa, Waliyulloh, titisan para nabi. Semoga Alloh menjaga kita dari hal-hal yang bisa mengundang murka-Nya.

            Terbukti tidak ada yang sia-sia, kan? Apa yang telah aku lalui, bahkan setiap kesalahan dan kebodohan yang telah aku lakukan, ternyata semua mendatangkan manfaat di babak hidupku yang baru. La haula wala quwwata illa billah, Baxy.

Tugas seorang penyampai agama ternyata benar murni hanya menyampaikan apa yang telah diketahui. Membimbing, menuntun, karena sudah terlebih dahulu mengerti dan mempelajari seperti apa medan yang akan dilalui. Mengetahui jalan mana yang harus ditempuh, untuk bisa tiba pada tempat yang dituju dalam keadaan aman seperti yang diharapkan. Selebihnya?  Ya Hadi-Ya badi’u, semua kita kembalikan pada Pemilik 99 Nama yang baik itu, Baxy. Semoga akal dan dasar hatiku senantiasa ada dalam penjagaan dan pengawasan-Nya.

            Kembali pada dilema kisah cinta, walau aku tahu kisah cinta tak menjadi bagian dari daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam kubur, tapi tetap saja aku sedikit memaksa untuk menggunakan hak kebebasan berkehendak yang kudapat. Menyusun sendiri alur kisah, walau kuyakin skenario Yang Maha Penyayang akan jauh lebih indah dari yang kubuat.

Jujur, alur Siti Nurbaya memang tak’kan pernah bisa hilang dari ingatan, Baxy. Ditambah lagi dengan sistem persamaan kasta dan strata yang ternyata diberlakukan juga dalam perkara jodoh. Ugh …! Andai botol minuman di tangan benar jadi kuhempaskan ke lantai hari itu. Ah, sudahlah, baiknya kita lupakan saja bagian itu.

            Ini kisah cintaku, Baxy. Kisah cinta yang kupunya, setelah sebelumnya hajat cinta telah terlebih dahulu kusampaikan pada sebaik-baiknya Penghulu-pada sebaik-baiknya Mak comblang. Kepada Yang Maha Mengetahui, yang sengaja kujadikan pilihan pertama untuk berbagi cerita, menjadi tempat untuk menuangkan semua rasa yang tak dapat kubagi pada siapapun. Kepada Dia yang paling mengetahui rahasia terpisahnya satu rusuk dari kerangkanya, aku memberanikan diri membisikkan satu nama. Berharap dapat menjadi penyempurna agama dan memperbaiki diri bersama-sama.

Komentar

Postingan Populer