Entah Sajak atau Puisi - TITIK KOMA
Jangan terlalu vocal,
jika tidak ingin dicekal
Menangis darah apa ada guna?
Berteriak histeris apa mampu menyibak tabir jiwa?
Saat keadilan hanya menjadi sebatas kidung dikala
senja
Saat keberanian kembali terbelenggu lelapnya mimpi
Dan kejujuran menjadi bak permata yang terbuang
Bintang yang bersinar terang dipaksa redup oleh
terangnya siang
Marah?
Urung bersinar ketika gelapnya malam kembali datang?
Memaki langit
Membenci rembulan?
Menantang matahari dan memusuhi awan?
Bumi yang tandus karena larang turun huja
Tanah yang mulai retak
Daun-daun berguguran
Setetes air dari langit kini dinanti
Seteguk air di bumi semakin dicari
Sepasang alas untuk kaki
Bersatu
Bukan sekedar berkumpul layaknya sulaman jaring
laba-laba di tengah hutan
Mungkin itu yang kerap kali terlupakan
Seperti para pemuda penghuni gua
Disatukan karena mencari Tuhan yang sama
Menapaki satu jalan yang sama
Tak harus selalu mata pedang yang diayunkan
Karena kini telah banyak kuntum mawar tumbuh di
taman
Harum melati pun mampu menusuk sanubari
Menjadi pejuang kebenaran
Menjadi laskar kejujuran,
Tak perlulah menunggu waktu bersama untuk turun ke
jalan
Cukup tengok medan perang dalam diri sendiri
Dalam hati
Karena di sana sesungguhnya musuh dalam selimut
bersembunyi
Ruang Revisi, 23022012
Komentar
Posting Komentar